Batman Begins - Help Select MTs SA TERMAS USHULUDDIN: Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Semester 2 Kelas XII

Senin, 12 Januari 2015

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Semester 2 Kelas XII



Kelas XII Semester II
Standar Kompetensi :
2.      Memahami Perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar :
2.1  Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
Di tinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Pada umumnya masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang dari jazirah Arab, Persia, dan India pada abad ke-7 M.[1][2] Para pedagang tersebut menyebarkan Islam dengan cara berdagang dengan penduduk Indonesia, menikahi penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi kesenian, pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga Islam bisa diterima dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, Islam berkembang dengan menyatukan budaya lokal Indonesia dengan ajaran Islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran Islam keluar dari jalurnya dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Pada umumnya pembawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari Arab. Selain berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam kepada orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan kekerasan atau peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah Indonesia yang mula-mula di masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Tengah. Kemudian agama Islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berikut ini pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula di masuki Islam di Indonesia :
1.      Drs. Juned Pariduri
Beliau menyimpulkan bahwa agama Islam pertama kali masuk Indonesia melalui daerah Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7, hal ini didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
2.      Hamka
Hamka berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (674), yang didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi yang berisi emas di tengah-tengah jalan dengan maksud menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3.      Zainal Arifin Abbas
Beliau berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 (648). Beliau juga mengatakan pada waktu itu datang di Tiongkok seorang pemimpin Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatera Utara.
Berdasakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7. Pada abad ke 13 agama Islam berkembang dengan pesat ke seluruh Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau makam-makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat sebuah batu yang berisi tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M[2][3] dan di Samudera Pasai terdapat makam-makam raja Islam, di antaranya makam Sultan Malik as-Saleh yang meninggal tahun 676 H atau 1292 M.
1.      Perkembangan Islam di Sumatera
Agama Islam masuk ke Sumatera sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Sumatera dan juga pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja pertama yaitu Malik al-Saleh[3][4]. Selanjutnya agama Islam berkembang hampir ke seluruh wilayah Sumatera. Seperti Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka, Belitung, Indragiri, Lampung serta daerah-daerah lainnya.
2.      Perkembangan Islam di Jawa
Agama Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan Islam pertama adalah kerajaan Demak yang dipimpin oleh raja pertama yaitu Raden Patah. Sedangkan masuknya Islam di Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan ditemukannya batu nisan bertuliskan Arab yang kemudian disebut “batu leran”. Masuknya Islam di Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada saat pemerintahan Prabu Mundingsari pada tahun 1190. Perkembangan agama Islam di Jawa juga tidak dapat lepas dari peranan dan andil Wali Songo.
3.      Perkembangan Islam di Sulawesi
            Perkembangan agama Islam di Sulawesi tidak sebaik dan sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara pengislaman di Sulawesi juga dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan, peperangan, atau paksaan. Terkadang timbul pertentangan antara kerajaan yang telah Islam dengan kerajaan yang belum memeluk Islam. Pertentangan tersebut bukan karena masalah agama, akan tetapi masalah politik, misalnya Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Sopeng.
Adapun yang menyiarkan agama Islam di Sulawesi adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama Islam kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama Islam adalah di Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan itu kemudian bergabung menjadi Makassar. Raja Gowa menjadi raja Makassar kemudian bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
4.      Perkembangan Islam di Kalimantan
Sekitar tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama Islam. Begitu pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk Islam sehingga agama Islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum agama Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama mereka banyak yang memeluk agama Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya dilakukan oleh keturunan-keturunan mereka.
5.      Perkembangan Islam di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara antara lain sebagai berikut :
a.       Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur, Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan Islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul Arifin.
b.      Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin, Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c.       Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
d.      Abdurrauf Singkel
Abdurrauf Singkel lahir di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain pada tahun 1052 H/1642 M. Abdurrauf kembali ke aceh pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir yang Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Dihadiahkan kepada raja) dalam bidang fikih muamalah.
e.       Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir, seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara, yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
f.       Syeikh Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang sayid dari San’a, Yaman, yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah, Semenanjung Malaka. Di Kedah, ia diangkat menjadi Qadli (Hakim Agung) di Kesultanan Kedah.
Salah satu karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin wa Tazkiyarah Al-Mukmininfi Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum Muslimin dan Peringatan bagi Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan Allah)
g.      Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di Martapura, Kalimantan Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari ayahnya dan para guru setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad Arsyad telah mampu membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan Tahlilullah sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Di kemudian hari sultan menikahkannya kemudian ia dikirim ke Haramain guna menuntut ilmu atas biaya kesultanan.
Karyanya adalah Sabilul Muhtadin (Jalan bagi Oang yang Mencari Petunjuk) dalam bidang ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan) dalam bidang ilmu batin.
h.      Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua setelah Muhammad Arsyad Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua, sekitar 125 km dari Banjarmasin.
Karya tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun Nafis fi Bayanil Wabdab wal Afalul Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.


i.        Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230 H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada berbagai halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860, khususnya di Ma’had Nashr Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar sebagai “Syeikh Al-Hijaz”
j.        Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan Belanda, yaitu sekolah rendah dan sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian pada tahun 1876, Ahmad Khatib melanjutkan pendidikan agamanya di Makkah, tempat kelak ia memperoleh kedudukan tinggi dalam mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafi’i di Masjidil Haram.
k.      Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo.
1)      Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim As Samarkandy. Beliau lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama pada abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim juga disebut Syekh Maghribi. Ia bersaudara sengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim  dan Ishak adalah anak dari seorang Persia, bernama Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai generasi ke-10 dari Al-Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama 13 tahun (1379-1392) dan menikah dengan putri raja Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra, yaitu Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho alias Raden Santri.[4][5]
Pada tahun 1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo (sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukan di desa itu adalah berdagang dengan cara membuka warung, yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara Cuma-Cuma.
2)      Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden Rahmat. Beliau dilahirkan pada 1401 di Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan pada nama tempat di mana ia lama bermukim, yaitu di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota Wonokromo sekarang.[5][6]
Sunan Ampel masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan Ampel membangun dan mengembangkan pondok pesantren, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pesantren Ampel Denta. Pada pertengahan abad ke-15, Pesantren Ampel Denta menjadi pusat Pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan hingga ke mancanegara. Dalam menyampaikan materi, Sunan Ampel menyampaikan materi yang sangat mendasar dan sederhana. Sunan ampel pula yang mengenalkan istilah Mo Limo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon).
3)      Sunan Giri
Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri ialah Raden Paku. Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442. Ayahnya adalah Muhammad Ishak, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil mengislamkan istrinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudera Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan Ampel, Ia juga berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah itu Ia membuka pesantren didaerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang disampaikan Sunan Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang disampaikannya secara lugas. Pesantren ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4)      Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban[6][7]. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada awalnya ia berdakwah di Kediri dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di desa itu ia membangun pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Sunan Bonang juga banyak menulis karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah satunya Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al-Shidiq karya Abu Sa’id Al-Khayr. Dan tembang Tombo Ati juga termasuk salah satu karyanya.
5)      Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban, salah seorang keturunan tokoh pemberontak Majapahit bernama Ronggolawe. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, atau Raden Abdurrahman.
Dalam melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan sarana kesenian dan kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah menciptakan perayaan sekatenan, grebek maulud, Layang Kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.
6)      Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari Raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Sejak kecil Syarif Hidayatullah belajar agama Islam dan baru mulai mendalami ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Setelah berdirinya Kesultanan Bintoro Demak dan atas restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Wali Songo yang memimpin pemerintahan. Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati mendekati rakyat dengan cara membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Lalu Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten hingga penguasa banten, Pucuk Umum, menyerahkan dengan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
7)      Sunan Drajat
Sunan Drajat dilahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim dan bergelar Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Tetapi ia kemudian terdampar di Dusun Jelog, daerah pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama desa Drajat, Paciran, Lamongan.
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan suka menolong, serta memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam berdakwah, Sunan Drajat tidak menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal melainkan secara langsung yaitu tentang tauhid dan akidah.
8)      Sunan Kudus
Nama kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Sunan kudus berdakwah ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Oleh karena itu, para wali menunnjuknya menjadi penyebar Islam di Kudus. Hal itu terjadi karena ia merupakan salah seorang wali yang mencoba mengakomodasi budaya lokal dalam berdakwah di kalangan masyarakat Kudus yang mayoritasnya beragama Hindu.
9)      Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga. Dewi Saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari Tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yaitu sebelah utara kota kudus.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

2.2  Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Agama Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas yang hampir dipeluk seluruh masyarakat Indonesia. Umat Islam di Indonesia juga menentukan maju mundurnya kehidupan bangsa ini. Umat Islam juga dituntut untuk mengisi kemerdekaan dengan bekerja keras agar tercapai kemajuan bangsa Indonesia.
Agar hal tersebut terwujud, maka seluruh umat Islam di Indonesia harus bersatu dalam usaha untuk memajukan Indonesia. Berikut ini merupakan berbagai usaha umat Islam Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
1.      Usaha Menyatukan Bangsa
a.       Pada tahun 1960 umat Islam berusaha mencegah gagasan Nasakom dan pada tahun 1965 mengusulkan pembubaran PKI untuk menyelamatkan Pancasila dan kesatuan bangsa
b.      Mempelopori pembentukan “Front Pancasila” sebagai landasan lahirnya Orde Baru
c.       Untuk memperkuat ideologi Pancasila, umat Islam memajukan pendidikan umum dan pendidikan agama dalam mencerdaskan bangsa dan kesadaran bernegara, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan.

2.      Pembentukan Lembaga untuk Kesatuan dan Kemajuan
Untuk mencapai kesatuan dan kemajuan, umat Islam membentuk lembaga-lembaga, baik berupa organisasi maupun lembaga-lembaga pendidikan. Diantaranya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Organisasi Mahasiswa Islam, Organisasi Pelajar Islam dan Organisasi Islam yang lain.
Pada abad ke 17-19 perlawanan umat Islam digerakkan dan dipelopori oleh tokoh-tokoh pahlawan Islam, seperti Sultan Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtayasa dan Kiai Tapa (Banten), Sultan Hasanuddin (Makassar), Teuku Cik Di Tiro (Aceh), Tuanku Imam Bonjol (Minangkabau), dan para kiai diseluruh pondok pesantren, terutama di kalangan santri-santri di pulau Jawa.
Patriot-patriot bangsa ini dapat dilihat semangatnya dalam mencapai kemerdekaan yang telah menggema ke seluruh Nusantara. Pahlawan-pahlawan itu merupakan embrio gerakan nasional secara keseluruhan dalam menentang penjajah, sebab dengan rasa senasib terjajahnya umat Islam, mereka merasa satu saudara se-Nusantara tanpa melihat dari daerah mana mereka berjuang, tetapi mereka mempunyai semangat persatuan Islam yang amat kuat untuk dapat mengusir penjajah Belanda.
3.      Peran dalam Pembangunan
Sejak abad ke-16 agama Islam di Indonesia telah mencatat perkembangan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, menanamkan jiwa-jiwa keagamaan, dan menumbuhkan nilai-nilai persatuan. Bukti nyata dari kemajuan tersebut adalah adanya kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat pengembangan Islam sebagai ajaran kehidupan dalam jiwa bangsa Indonesia.
Pada saat kemerdekaan tiba, umat Islam secara bersama-sama atas nama bangsa, menyusun Undang-Undang Dasar 1945 beserta pembukaannya maupun Piagam Jakarta 22 Juni 1945 yang ditandatangani oleh sembilan orang pemimpin bangsa Indonesia. Pada tahun 1969 bangsa Indonesia memulai pembangunan lima tahun pertama (1969-1973) untuk mengisi kemerdekaan yang telah telah ditegakkan atas dasar Pancasila. Peran umat Islam yang paling tampak justru di bidang pembangunan mental bangsa Indonesia. Lemabaga-lembaga swadaya yang bergerak di bidang pembangunan ini banyak didirikan oleh umat Islam terutama para kiai, seperti didirikannya pondok-pondok pesantren dan sebagainya.


4.      Peran dalam Ketahanan dan Kesatuan
Umat Islam mempunyai peran dalam memperkokoh ketahanan dan kesatuan bangsa Indonesia. Peran itu terdapat dalam usaha-usaha sebagai berikut :
a.       Dalam pemerintahan Soekarno tahun 1960, umat Islam mencegah terlaksananya gagasan Nasakom.
b.      Setelah meletusnya G 30 S/PKI, pada tanggal 5 Oktober 1965 umat Islam mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar PKI dibubarkan untuk menyelamatkan Pancasila
c.       Umat Islam mempelopori terbentukya Front Pancasila, kemudian diteruskan dengan lahirnya kesatuan-kesatuan aksi penghapusan G 30 S/PKI sebagai landasan lahirnya Orde Baru atau Orde Pembangunan
d.      Untuk memperkuat ketahanan nasional dan kesatuan bangsa, semua partai Islam Indonesia berfusi ke dalam satu wadah dengan nama Partai Persatuan Pembangunan tahun 1973
e.       Umat Islam secara intensif memberikan pendidikan agama kepada rakyat melalui sekolah-sekolah negeri dan swasta, ceramah dan pengajian, pondok pesantren, lembaga-lembaga penelitian masyarakat dan lembaga penelitian ekonomi.
5.      Persatuan bagi Kepentingan Dunia Islam
a.       Kepentingan Kebangkitan Dunia Islam
Dalam kepentingan kebangkitan dunia Islam, suatu hal yang nyata telah terbukti, tetapi bukti-bukti kebangkitan yang telah diproklamasikan oleh umat Islam seluruh dunia itu menjadi terhambat ketika umat Islam mengalami krisis kesatuan. Krisis kesatuan terjadi saat berlangsungnya perang saudara diantara dua negara Islam, yaitu Iran-Irak sejak tahun 1979, kemudian disusul lagi perang saudara antar umat Islam di Libanon. Kebangkitan untuk menghadapi tantangan dan kekuatan dari luar akan hilang dan lumpuh dalam waktu yang cepat bila umat Islam selalu terpecah-pecah.
b.      Kepentingan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kepentingan ekonomi dan sosial merupakan dambaan masyarakat Islam terutama di negara-negara miskin, baik di Asia maupun di Afrika. Bila kemiskinan tidak dapat diatasi, akan mengakibatkan kelemahan ekonomi bangsa. Bila ekonomi suatu bangsa lemah dan rawan, maka bangsa itu akan mudah dikuasai oleh bangsa lain.
Dewasa ini perkembangan umat Islam di Indonesia amat menggembirakan. perbedaan paham antara pemerintah dengan agama sudah tidak ada. Umat Islam telah sejalan dan telah kuat untuk bersama-sama seluruh lapisan masyarakat Indonesia menuju era tinggal landas dalam pembangunan bangsa.
Dewasa ini di indonesia banyak dilakukan pengembangan pendidikan Islam, seperti universitas-universitas Islam, pesantren-pesantren modern, pengiriman sarjana-sarjana, mahasiswa dan pelajar Islam Indonesia ke luar negeri, semata-mata untuk kepentingan umat islam.

2.3  Mengambil Ibrah dari Peristiwa Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia yang masuk secara damai memberikan kesan mendalam keseluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memeluk Islam. Dari perkembangan Islam di Indonesia ada beberapa hikmah yang perlu kita lakukan Seperti berikut ini :
1.      Berusaha untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terutama dengan sesama muslim
2.      Tekun belajar dan tidak pantang menyerah bila menemui hambatan
3.      Rela berkorban untuk kepentingan agama dan bangsa
4.      Selalu melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan yang telah diberikan Allah SWT dan Rasulullah SAW
5.      Selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.

2.4  Meneladani Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari jasa tokoh-tokoh yang menyebarkannya hingga agama Islam dapat diterima hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya, tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari jazirah Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam di Indonesia dilakukan oleh tokoh-tokoh dari negeri sendiri. Penyebar agama Islam di Indonesia itu pada umumnya datang dari golongan bangsawan. Dari proses panjang penyebaran Islam di Indonesia oleh para tokoh-tokoh tersebut ada beberapa hal yang bisa kita teladani dari sikap dan perilaku tokoh-tokoh tersebut :
2.      Kemauan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya
3.      Kemauan untuk menyebarkan Islam
4.      Semangat tidak pantang menyerah
5.      Semangat rela berkorban untuk kemaslahatan orang banyak.[7][8]

Standar Kompetensi :
3. Memahami perkembangan Islam di Dunia.
Kompetensi Dasar :
3.1 Menjelaskan perkembangan Islam di Dunia
            Agama Islam terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia. Perkembangannya mencakup seluruh benua yang ada di dunia. Contohnya perkembangan Islam di Eropa yang mengalami kemajuan pesat. Organisasi-organisasi Islam didirikan sebagai tempat berkumpulnya komunitas muslim. Selain itu banyak masjid dibangun sebagai tempat ibadah bagi kaum muslim. Salah satu masjid yang ada di Eropa adalah Central Mosque di Londen, Inggris.
            Perkembangan Islam di dunia yang meliputi penyebaran Agama Islam, penyebaran Ilmu pengetahuan Islam, penyebaran ajaran Islam dan penyebaran seni serta kebudayaan Islam tidak akan terlaksana tanpa peran serta para pemimpin Islam. Dalam sejarahnya, agama Islam mulai disebarkan setelah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT untuk menyebarkan agama tauhid ini.
            Dalam proses perkembangannya penyebaran Islam tidak selalu melalui jalan yang mulus. Ada kalanya para penyebar Islam harus berhadapan dengan para penguasa daerah setempat yang tidak menginginkan timbulnya kebudayaan dan agama baru di daerah kekuasaan mereka. Halangan-halangan dan berbagai rintangan yang dihadapi para penyebar Islam tersebut pada ahirnya dapat memacu timbulnya konflik yang tidak jarang berahir dengan timbulnya peperangan. Namun, dengan izin Allah SWT banyak peperangan atas dasar Agama Islam dan penyebaran agama Islam yang akhirnya dimenangkan oleh bala tentara Islam.
            Dari berbagai peperangan yang dimenangkan pasukan Islam inilah maka secara otomatis daerah-daerah tersebut dikuasai oleh pasukan Islam. Di daerah-daerah yang dikuasai inilah, diangkat para pemimpin Islam. Setelah di angkat, para pemimpin tersebut menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah yang dikuasainya. Itulah awal mula penyebaran Islam diberbagai belahan dunia.
            Selanjutnya Islam berkembang melalui para pendakwah dan ulama-ulama Islam. Di samping itu, Islam juga berkembang melalui faktor perekonomian. Faktor perekonomiaan ini terutama dilakukan oleh para pedagang Islam yang berdagang hingga keluar dari wilayah tempat tinggalnya. Selain itu, ada pula umat Islam yang pindah ke negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Di Negara tujuan, para perantau yang beragama Islam tersebut mengembangkan ajaran Islam dan kenbudayaan Islam pun menyebar di negara baru tersebut.

3.2 Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi Dalam Perkembangan Islam di Dunia.
1. Perkembangan Islam di Pakistan.
Islam masuk ke Pakistan pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, dari Dinasti Umayyah, yang berkuasa di tahun 705-715. Pada masa itu Pakistan di perintah oleh keluarga Brahmana. Di bawah pemerintahan keluarga Brahmana rakyat Pakistan merasa menderita sehingga meminta bantuan kepada pemerintahan Islam di Damaskus. Oleh karena itu, Khalifah Walid bin Abdul Malik mengirim pasukan Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim yang akhirnya dapat menaklukan pemerintahan di Pakistan. Muhammad bin Qasim lalu di angkat menjadi gubernur Pakistan.
Setelah Dinasti Umayyah mengalami kemunduran, Dinasti Abbasiyah pengganti Dinasti Umayyah, jabatan gubernur yang diduduki Muhammad Qasim diganti oleh Al-Mansur. Al-Mansur kemudian mengirimkan pasukan ekspedisi untuk mendirikan kota Mansurah sebagai markas militer. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran, berbagai dinasti Islam silih berganti memerintah Pakistan.
2. perkembangan Islam di India.
Setelah pakistan menjadi negara yang merdeka Islam di India menjadi minoritas. Islam di negara India berkembang sejak tahun 1206 melalui keturunan Sultan Akbar. Masuknya Islam ke India dibuktikan dengan adanya kerajaan Islam yang mulai berdiri sejak Dinasti Bani Umayyah berkuasa tahun 41 H (659 M). Berikut ini kerajaan-kerajaan Islam di India yaitu Kerajaan Ghazi, Kerajaan Mameluk, Kerajaan Kilji.


3. Perkembangan Islam di Thailand
            Islam masuk ke Thailand sekitar abad ke 10. Islam masuk ke Thailand melalui para pedagang dari jazirah Arab. Para pedagang tersebut menyebarkan Islam di kalangan rakyat, terutama penduduk Pattani (Thailand Selatan). Rakyat Pattani memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi. Untuk tempat ibadah mereka tidak membangun masjid, tetapi hanya membangun semacam biara karena takut kepada raja yang bukan beragama Islam. Kurang lebih selama 300 tahun rakyat Pattani memeluk agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
Pada tahun 1457, raja Pattani Phya Ta Nakpa dan seluruh pembesar Istana memeluk agama Islam berkat perjuangan ulama dari Samudra Pasai, yaitu Syaik Said. Setelah masuk Islam Raja Pattani mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Syah dan Tak Pasai (sebutan Syaik Said) menjadi penasihat dan pengajar Islam dalam Istana. Sejak itu agama Islam di jadikan agama resmi kerajaan Pattani dan di bangunlah Masjid Pintu Gerbang. Raja juga membuka pondok pesantren sebagai pendidikan agama Islam, sehingga Pattani melahirkan para alim ulama. Di samping mengajar para alim ulama juga menulis kitab-kitab berbahsa Arab dan Arab Melayu (Jawi).
Selain menjadi pusat pendidikan dan dakwah, Pattani juga merupakan pusat perdagangan terbesar di Asia pada zamannya. Kerajaan Pattani berdiri selama tiga abad. Hingga kini Masjid Pintu Gerbang yang berdiri megah menjadi simbol keberadaan umat Islam di Pattani.
4. Perkembangan Islam di Amerika.
Pada seperempat akhir abad ke-19 banyak orang Islam dari Timur Tengah dan daerah lainnya, seperti Suriah, Rusia, Turki, Balkan, dan Prancis datang ke Amerika. Tujuan mereka sama denga n imigran lain, yaitu lari dari keadaan yang tidak mereka inginkan di negerinya dan dalam rangka untuk memeperoleh kehidupan yang lebih baik di dunia yang baru. Mereka banyak berhasil memelihara identitasnya sebagai muslim dan membentuk masyarakat yang tersebar di beberapa kota di Amerika Serikat dan Kanada.
Tahap berikutnya agama Islam masuk ke Amerika di bawah oleh para pedagang sutra yang dating dari berbagai negeri yang tidak jelas asalnya. Di antaranya ada yang bernama Wallace Fard Muhammad. Beliau menyebarkan Islam mulai dari tahun 1930 dikalangan masyarakat negro Amerika yang pada waktu itu masih kuat kepercayaannya. Wallace Fard Muhammad atau Fard Muhammad berusaha membebaskan masyarakat negro dengan berlandaskan Al-Qur’an.
Penerus Muhammad Fard untuk menyebarkan Islam di Amerika adalah Elijah Pook. Elijah pook kemudian mengganti namanya dengan Elijah Muhammad. Elijah Muhammad merupakan orang yang cerdas, kuat pendiriannya, dan juga mengenal psikologi massa.
Elijah Muhammad bersama para pengikut-pengikutnya merasa yakin bahwa dengan agama Islam manusia dapat menemukan kebahagiaan sesungguhnya. Manusia dapat menemukan identitas ketuhanannya. Dakwah yang dilakukan Elijah Muhammad membuat simpati banyak orang, seperti Malcolm-X. Malcolm-X merupakan seorang orator negro amerika yang ulung. Setelah masuk Islam Malcolm-X mengubah namanya menjadi Ali Haji Malik al-Shabaa.
Pada tanggal 25 Februari 1975, Elijah Muhammad meninggal dunia. Ia telah meninggalkan jasa yang besar dikalangan orang-orang muslim negro. Benyak sekolah dan masjid yang telah dibangun. Di bidang organisasi ia telah meninggalkan suatu jamaah yang besar dan teratur. Di bidang ekonomi ia meninggalkan warisan senilai 80 juta dolar yang ditanam di berbagai perusahaan. Pengganti Elijah Muhammad adalah Waris Deen Muhammad.
5. Perkembangan Islam di Spanyol.
Di Negara Spanyol umat Islam pernah mengalami masa jayanya. Yaitu ketika berada dibawah kekuasaan Bani Umayyah. Banyak peninggalan dari peradaban Islam yang kini masih menjadi saksi sejarah. Karena begitu lama hidup dan membentuk kultur Islam, maka sampai sekarang masih membekas pada masyarakat Spanyol meskipun usaha penguburan terhadap seluruh nilai-nilai yang mengandung keislaman terus berlangsung setelah Spanyol jatuh pada naungan kristiani. Usaha pengembangan terhadap Islam berlangsung sampai abad ke-20.
Pada tahun 1978, Undang-Undang Spanyol mengangkat semua agama pada tingkat yang sederajat dan mendapat perlakuan yang sama serta kebebasan beragama dijamin oleh hukum. Dengan adanya undang-undang tersebut kegiatan mulai hidup kembali.
6. Perkembangan Islam di Belanda.
Agama Islam di negara Belanda berkembang berkat perjuangan Abdul Wahid Van Bommel. Di sana berdiri organisasi Islam seperti Federatie Organisaties Muslim Nederland yang diketuai oleh Abdul Wahid. Organisai tersebut kemudian diubah menjadi Islamitische Informatie Cendrum. Melalui organisasi tersebut beliau berjuang menuntut hak guna dapat menunaikan shalat wajib lima waktu dan termasuk shalat jum’at.
Berdasarkan data statistik Central Burea de Statistick 1994 jumlah umat Islam Belanda mencapai 3,7% dari total penduduk 15.341.553  jiwa. Umat Islam di Belanda umumnya imigran yang bersal dari Turki, Maroko, Suriname, Pakistan, Mesir, Tunisia, dan Indonesia, selain warga negara asli Belanda.
Pada tahun 1990, di seluruh belanda jumlah masjid mencapai 300 buah, di antaranya Masjid Mubarak yang didirikan di kalangan Ahmadiyah dan Masjid Maluku, An-Nur di Balk. Masjid lain yang terkenal adalah Masjid Al-Hikma di Heesurjkpein, Deen Haag. Masjid tersebut tanpa kubah dan berbentuk rumah panjang. Pada awalnya Masjid al-Hikma adalah Gereja Immanuel yang ditinggalkan jamaatnya dan kemudian dibeli seorang pengusaha Indonesia (Probusutedjo) untuk dijadikan masjid. Masjid itu kemudian diserah terimakan Probosutedjo untuk umat Islam pada 1 Juli 1996.
7. Perkembangan Islam di Inggris.
            Penyebaran Islam di Inggris terjadi berkat jasa Mozambores. Mozambores merupakan dokter Istana Raja Henry I. setelah masuk Islam Mozambores mengganti namanya menjadi petrus al-ponsi. Pengembangan Islam oleh Mozambores biasanya dilakukan pada hari-hari libur, seperti hari sabtu dan ahad.
Di Inggris banyak berdiri berbagai organisasi keislaman seperti berikut ini:
a.       The Islamic Council of Europe (Majelis Islam Eropa), sebagai pengawas kebudayaan eropa.
b.      The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris ).
c.       The Association for British Moslem (Perhimpunan Muslim Inggris).
d.      Islamic Foundation dan Moslem’s Institute, keduanya bergarak dalam bidang penelitian. Anggota-anggotanya terdiri atas orang-orang Inggris dan imigran.
            Salah satu buktu berkembangnya Islam di Inggris adalah adanya masjid di pusat kota London. Yaitu Masjid Agung (Central Mosque) Regents Park yang mampu menampung jamaah hingga 4.000 orang. Perancang Masjid tersebut adalah Fredrik Gobberd and Patners. Masjid itu juga dilengkapi dengan perpustakaan sebagai pusat kegiatang sisoal dan administrasi.


8. Perkembangan Islam di Australia.
Pada abad ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia di antaranya sebagai berikut :
a.       Pada tahun 1907 di Brisbane didirikan masjid yang indah dan besar oleh arsitek Sharif Abosi dan Ismeth Abidin.
b.      Pada tahun 1967 di Queensland didirikan masjid lengkap dengan Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecea.
c.       Pada tahun 1970 di Mareebe diresmikan sebuah masjid yang mampu memuat 300 jamaah dengan imamnya H. Abdul lathif.
d.      Di kota Sarrey Hill di bangun Masjid Raya Faisal dengan bantuan pemerintahan Arab Saudi.
            Pendidikan Islam di Australia diselenggarakan dengan tujuan agar dapat melestarikan pertumbuhan kehidupan agama Islam. Oleh karena itu, di Brisbane didirikan Queesland Islamic Society yang bertujuan menyadarkan anak-anak muslim untuk melakukan shalat dan hubungan baik sesama manusia. Mereka selama 5-15 tahun menerima pelajaran Al-Qur’an dan tata kehidupan secara islam. Pelajaran terdiri atas anak-anak dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Libanon, dan Australia.
9. Perkembangan Islam di Sudan.
Islam masuk ke Sudan pada masa perluasan yang dilakukan oleh Abdullah bin Said bin Abi Sarah. Ia mencoba memasuki kota Noubah dua kali pada pemerintahan Ustman bin Affan, yaitu pada tahun 20 H (640 M) dan tahun 31 H (651 M). Kerajaan Islam di Sudan yang terkenal antara lain Kerajaan al-Funji tahun 1505-1820, kesultanan Darafura tahun 1638-1875, dan Kerajaan Tog tahun 1570 sampai ahir abad ke-19.
Penyebaran Islam di Sudan dilakukan dengan cara mengajarkan ilmu tasawuf dan ajaran filsafat. Ahli tarekat dan tasawuf yang mashur dan berpengaruh di kalangan muslim di Sudan pada saat itu antara lain sebagai berikut :
a.       Abdul Qadir jaelani tahun 1179-1186.
b.      Abu Hasan asy-Syazili tahun 1196-1258.
      Perkembangan selanjutnya, pemerintah sudan mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah kejuruan serta pondok-pondok pesantren. Sekolah Islam yang termasyhur di sudan adalah Ma’hadul I’lmy yang berdiri sejak tahun 1901 dan masa belajar di sana adalah 12 tahun.

3.3 Mengambil Ibrah Dari Peristiwa Perkembangan Islam di Dunia.
1. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Dunia.
Perkembangan Islam di berbagai dunia ini tidak terlepas dari peran dan cita-cita tokoh-tokoh Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam dari berbagai lapanngan kehidupan lemah dan sangat dikuasai oleh kekuatan bangsa barat. Dari situasi yang paling pahit itulah muncul ide-ide modernisasi yang secara luas mereka sampaikan kepada seluruh umat Islam, yaitu sebagai berikut :
a.       Membangkitkan semangat Islam di masa lampau dalam memurnikan ajaran Islam dari pengaruh takhayul, khurafat, dan bid’ah.
b.      Memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memperkuat paham nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk partai al-hizb al-watani dan menanamkan paham patriotisme bagi umat Islam.
c.       Memperkuat ukhuwah islamiah dan menekankan pembaruan Islam pada bidang politik, pemerintahan, dan agama dengan ide pokok Pan-Islamisme bagi umat Islam.
d.      Memurnikan ajaran agama Islam sesuai dengan bentuk aslinya, memperbarui metode pengajaran dan menanamkan solidaritas seluruh umat Islam.
2. Hikmah Perkembangan Islam Di Dunia.
                        Beberapa hal yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di dunia ini antara lain sebagai berikut :
a.       Dengan saling bertoleransi terhadap paham atau berbagai aliran di kalangan umat Islam maka akan mendatangkan kemajuan dan kehidupan yang damai.
b.      Islam merupakan agama yang cinta damai.
c.       Bila pemimpin atau khalifah Islam mencintai ilmu pengetahuan maka rakyatnya pun akan mencintai ilmu pengetahuan.
d.      Memberikan motivasi untuk melestarikan hasil karya seni dan peradaban untuk dijadikan inspirasi bangunan-bangunan di masa depan.
e.       Penggunaan zuhud dan pengertian tawakal yang tidak tepat akan membawa kemunduran dalam kehidupan.
f.       Perselisihan dan ketidak percayaan terhadap sesama menyebabkan kemunduran, bahkan kehancuran.
g.      Umat Islam harus bersatu dan tolong menolong dalam memajukan dan memakmurkan negeri.
h.      Sikap fanatik dan tidak memanfaatkan akal sedikit pun akan membawa dampak terhadap perkembangan ijtihad.

3.4 Meneladani Tokoh-tokoh yang Berprestasi Dalam Perkembangan Islam di Dunia.
Nilai-nilai pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat Islam. Dari pembaruan tersebut tumbuhlah kesadaran bagi umat islam untuk mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik yang sekaligus tumbuh gerakan menentang penjajahan.
Gerakan modernisasi islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru islam dalam menghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Dari para tokoh pembaru islam tersebut ada beberapa keteladanan yang bias kita ambil.
1.      Nilai persatuan (ittihad).
2.      Nilai solidaritas (ukhuwah islamiah).
3.      Nilai pembaruan (tajdid).
4.      Nilai perjuangan (jihad fii sabilillah).
5.      Nilai kemerdekaan (burriyyah).
   Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaru Islam.[8][9]








BAB III
PEMBAHASAN

Dari landasan teori mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah kelas XII semester I dan II yang telah kami bahas di atas, kami dapat menganalisis dan menghasilkan analisis bahwa materi Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah kelas XII semester I dan II sudah sesuai dengan SK dan KD. Akan tetapi peran guru dalam menjelaskan materi sangat di butuhkan terlebih pada KD mengambil Ibrah dan meneladani tokoh-tokoh Islam.
Keterkaitan materi antara semester I dan II sudah saling terkait mulai dari menceritakan, mendiskripsikan, mengidentifikasi, meneladani tokoh-tokoh, sampai dengan mengambil ibrah pada masa perkembangan Islam pada zaman modern, di Indonesia dan di Dunia. Jadi hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester  I dan II.




















BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kelas XII semester I
1.      Beberapa tokoh yang mempelopori gerakan pembaharua Islam, antara lain Muhammad bin Abdul Wahhab, Syah Waliyullah, Sultan Mahmud II, Muhammad Ali Pasha, At-tahtawi, jamaluddin Al-afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal.
2.      Nilai positif yang dapat diambil dari gerakan pembaharuan Islam, yaitu nilai persatuan, solidaritas, pembaruan, jihad dan kemerdekaan.
3.      Adanya pembaruan Islam di Timur Tengah memberikan pengaruh pergerakan Islam di Indonesia dengan berkembangnya organisasi keagamaan dan partai politik.
4.      Ibrah yang dapat diambil dari perkembangan Islam periode modern meliputi bidang akidah, politik, pendidikan dan ekonomi.
Kelas XII semester II
1.      Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan para pedagang dari Arab dan Gujarat yang menyebarkan Islam di Indonesia melalui jalan perdagangan, dakwah, dan perkawinan.
2.      Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang di emban oleh setiap muslim agar ajaran Islam tetap lestari dan dapat di amalkan dengan benar.
3.      Umat Islam di Indonesia pada masa penjajahan mempunyai andil yang sangat besar degan berjuang melawan penjajah yang telah menindas dan membelenggu bangsa Indonesia.
4.      Pada masa pembangunan, peranan umat Islam turut andil mengisi kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai ajaran Islam yang mendukung pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
5.      Para ulama penyebar agama Islam di Indonesia di kenal oleh masyarakat sebagai syeikh atau wali.
6.      Salah satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia adalah memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana yang di ajarkan Al-qur’an dan hadits. 
7.      Pada dasarnya Islam berkembang dengan cara damai. Peperangan yang terjadi dalam proses penyebaran Islam disebabkan adanya perlawanan dari pemimpin daerah yang hendak di islamkan.
8.      Nilai yang terkandung dalam gerakan modernisasi pada agama Islam adalah sebagai berikut :
a.       Nilai persatan (ittihad)
b.      Nilai solidaritas (ukhuwah islamiyah)
c.       Nilai pembaruan (tajdid)
d.      Nilai perjuangan (jihad fii sabilillah)
e.       Nilai kemerdekaan (hurriyyah)

B.     SARAN
Demikian makalah tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam Madraah Aliyah Kelas XII semester I dan II ini kami buat, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam referensi maupun penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jl. Pesanggaran, Kebondalem, Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur.
kode pos 68487
http://ma-termas.blogspot.com