Kelas XII Semester II
Standar Kompetensi :
2.
Memahami Perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar :
2.1
Menjelaskan perkembangan Islam di
Indonesia
Di tinjau
dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Pada
umumnya masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang dari jazirah Arab,
Persia, dan India pada abad ke-7 M.[1][2] Para
pedagang tersebut menyebarkan Islam dengan cara berdagang dengan penduduk
Indonesia, menikahi penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi
kesenian, pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga Islam
bisa diterima dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Islam berkembang dengan menyatukan budaya lokal
Indonesia dengan ajaran Islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran
Islam keluar dari jalurnya dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT
dan Rasulullah SAW.
Pada umumnya
pembawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari Arab.
Selain berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam kepada
orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan
kekerasan atau peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah Indonesia
yang mula-mula di masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa
Tengah. Kemudian agama Islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berikut ini
pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula di masuki Islam
di Indonesia :
1.
Drs. Juned
Pariduri
Beliau menyimpulkan bahwa agama
Islam pertama kali masuk Indonesia melalui daerah Sumatera Utara (Tapanuli)
pada abad ke-7, hal ini didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam
Syekh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
2.
Hamka
Hamka berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Jawa pada abad ke-7 (674), yang didasarkan pada kisah sejarah yang
menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima
dan menaruh pundi-pundi yang berisi emas di tengah-tengah jalan dengan maksud
menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja
Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3.
Zainal
Arifin Abbas
Beliau berpendapat bahwa agama Islam
masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 (648). Beliau juga mengatakan pada waktu
itu datang di Tiongkok seorang pemimpin Islam yang telah mempunyai pengikut di
Sumatera Utara.
Berdasakan
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk di Indonesia pada
abad ke-7. Pada abad ke 13 agama Islam berkembang dengan pesat ke seluruh
Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau
makam-makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat
sebuah batu yang berisi tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah
binti Maimun pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal
dari abad ke-13 M[2][3] dan di
Samudera Pasai terdapat makam-makam raja Islam, di antaranya makam Sultan Malik
as-Saleh yang meninggal tahun 676 H atau 1292 M.
1.
Perkembangan
Islam di Sumatera
Agama Islam masuk ke Sumatera
sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera ditandai dengan berdirinya
kerajaan Islam pertama di Sumatera dan juga pertama di Indonesia, yaitu
kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja pertama yaitu Malik
al-Saleh[3][4].
Selanjutnya agama Islam berkembang hampir ke seluruh wilayah Sumatera. Seperti
Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka, Belitung, Indragiri, Lampung
serta daerah-daerah lainnya.
2.
Perkembangan
Islam di Jawa
Agama Islam masuk ke Jawa Tengah
pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan Islam pertama adalah kerajaan Demak
yang dipimpin oleh raja pertama yaitu Raden Patah. Sedangkan masuknya Islam di
Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun pada tahun
1082 dan ditemukannya batu nisan bertuliskan Arab yang kemudian disebut “batu
leran”. Masuknya Islam di Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada saat
pemerintahan Prabu Mundingsari pada tahun 1190. Perkembangan agama Islam di
Jawa juga tidak dapat lepas dari peranan dan andil Wali Songo.
3.
Perkembangan
Islam di Sulawesi
Perkembangan
agama Islam di Sulawesi tidak sebaik dan sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara
pengislaman di Sulawesi juga dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan,
peperangan, atau paksaan. Terkadang timbul pertentangan antara kerajaan yang
telah Islam dengan kerajaan yang belum memeluk Islam. Pertentangan tersebut
bukan karena masalah agama, akan tetapi masalah politik, misalnya Kerajaan Gowa
dengan Kerajaan Sopeng.
Adapun yang
menyiarkan agama Islam di Sulawesi adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman.
Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama Islam
kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama Islam adalah di
Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan itu
kemudian bergabung menjadi Makassar. Raja Gowa menjadi raja Makassar kemudian
bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar
Sultan Abdullah.
4.
Perkembangan
Islam di Kalimantan
Sekitar
tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan
Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama Islam.
Begitu pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk Islam
sehingga agama Islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum
agama Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama
mereka banyak yang memeluk agama Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan
perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh
pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya dilakukan
oleh keturunan-keturunan mereka.
5.
Perkembangan
Islam di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah
Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang dilakukan oleh para
ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat
Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara antara
lain sebagai berikut :
a.
Hamzah
Fansuri
Hamzah
Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India,
Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain
bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih,
tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan
intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur,
Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang
didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan
Islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah
Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia
juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang
keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal
ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul
Arifin.
b.
Syamsudin
Al-Sumatrani
Syamsudin
Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang
hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting
di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim
Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al
Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau
syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara
Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin
al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin,
Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c.
Nuruddin
Ar-Raniri
Nuruddin
Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di
Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang
menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih
dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri
diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani.
Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai
pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih
kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah
Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid
dalam bidang akidah Islam.
d.
Abdurrauf
Singkel
Abdurrauf Singkel lahir di Singkel
pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari ayahnya yang
seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh. Setelah
itu melanjutkan ke Haramain pada tahun 1052 H/1642 M. Abdurrauf kembali ke aceh
pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir
yang Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab
fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk
Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Dihadiahkan kepada raja)
dalam bidang fikih muamalah.
e.
Syeikh
Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad
Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di
Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia
berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih,
tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir,
seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan
pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara,
yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara
karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah
Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
f.
Syeikh
Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh
Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal
dari Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang sayid dari San’a,
Yaman, yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di
Kedah, Semenanjung Malaka. Di Kedah, ia diangkat menjadi Qadli (Hakim Agung) di
Kesultanan Kedah.
Salah satu
karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin wa
Tazkiyarah Al-Mukmininfi Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum
Muslimin dan Peringatan bagi Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan
Allah)
g.
Syeikh
Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad
Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di Martapura, Kalimantan
Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari ayahnya dan para guru
setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad Arsyad telah mampu
membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan
Tahlilullah sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Di kemudian
hari sultan menikahkannya kemudian ia dikirim ke Haramain guna menuntut ilmu
atas biaya kesultanan.
Karyanya
adalah Sabilul Muhtadin (Jalan bagi Oang
yang Mencari Petunjuk) dalam bidang ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan) dalam bidang ilmu batin.
h.
Syeikh
Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad
Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia berasal dari keluarga
bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua setelah Muhammad Arsyad
Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua, sekitar 125 km dari
Banjarmasin.
Karya
tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun
Nafis fi Bayanil Wabdab wal Afalul Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.
i.
Syeikh
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin
Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230
H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik ayahnya
dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain itu ia
juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji
Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh
Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh
dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi
juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan
intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada berbagai
halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860, khususnya di Ma’had Nashr
Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar sebagai “Syeikh
Al-Hijaz”
j.
Syeikh Ahmad
Khatib Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya adalah
seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku Nan Renceh,
seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh
pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan Belanda, yaitu sekolah
rendah dan sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian pada tahun 1876, Ahmad
Khatib melanjutkan pendidikan agamanya di Makkah, tempat kelak ia memperoleh
kedudukan tinggi dalam mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafi’i di
Masjidil Haram.
k.
Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di
Indonesia, khususnya di Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran
sangat besar. Mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo.
1)
Maulana Malik Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim As Samarkandy. Beliau
lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama pada abad ke-14. Maulana
Malik Ibrahim juga disebut Syekh Maghribi. Ia bersaudara sengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Ibrahim dan Ishak adalah anak dari
seorang Persia, bernama Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai generasi ke-10 dari Al-Husein bin Ali,
cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa,
sekarang Kamboja, selama 13 tahun (1379-1392) dan menikah dengan putri raja
Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra, yaitu Raden Rahmat (dikenal dengan
Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho alias Raden Santri.[4][5]
Pada tahun
1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo
(sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang
dilakukan di desa itu adalah berdagang dengan cara membuka warung, yang menyediakan
kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara Cuma-Cuma.
2)
Sunan Ampel
Sunan Ampel
adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden Rahmat.
Beliau dilahirkan pada 1401 di Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan pada
nama tempat di mana ia lama bermukim, yaitu di daerah Ampel atau Ampel Denta,
wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota Wonokromo sekarang.[5][6]
Sunan Ampel
masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan Ampel membangun dan mengembangkan
pondok pesantren, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pesantren Ampel Denta.
Pada pertengahan abad ke-15, Pesantren Ampel Denta menjadi pusat Pendidikan
Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan hingga ke
mancanegara. Dalam menyampaikan materi, Sunan Ampel menyampaikan materi yang
sangat mendasar dan sederhana. Sunan ampel pula yang mengenalkan istilah Mo Limo (moh main, moh ngombe, moh maling,
moh madat, moh madon).
3)
Sunan Giri
Nama asli
Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri ialah Raden Paku.
Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442. Ayahnya adalah Muhammad
Ishak, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil mengislamkan
istrinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudera Pasai.
Sunan Giri
kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan Ampel,
Ia juga berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah itu Ia membuka pesantren
didaerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang disampaikan
Sunan Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang
disampaikannya secara lugas. Pesantren ini tidak hanya digunakan sebagai tempat
pendidikan, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4)
Sunan Bonang
Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama
kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya
bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban[6][7]. Sunan
Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah dewasa, ia
berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada awalnya ia
berdakwah di Kediri dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di desa
itu ia membangun pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Sunan Bonang
juga banyak menulis karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah
satunya Suluk Wijil yang dipengaruhi
kitab Al-Shidiq karya Abu Sa’id
Al-Khayr. Dan tembang Tombo Ati juga
termasuk salah satu karyanya.
5)
Sunan
Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat
Jawa. Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati
Tuban, salah seorang keturunan tokoh pemberontak Majapahit bernama Ronggolawe.
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama
panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, atau Raden
Abdurrahman.
Dalam
melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan sarana kesenian dan
kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk.
Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah menciptakan perayaan sekatenan,
grebek maulud, Layang Kalimasada, dan
lakon wayang Petruk Jadi Raja.
6)
Sunan Gunung
Jati
Sunan Gunung
Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448. Ibunya adalah Nyai Rara
Santang, putri dari Raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Ayahnya adalah Sultan
Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari
Palestina. Sejak kecil Syarif Hidayatullah belajar agama Islam dan baru mulai
mendalami ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari ulama Mesir.
Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Setelah berdirinya Kesultanan Bintoro
Demak dan atas restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga
dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan
demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Wali Songo yang memimpin
pemerintahan. Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati mendekati rakyat dengan cara
membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Lalu Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten hingga penguasa
banten, Pucuk Umum, menyerahkan dengan sukarela penguasaan wilayah Banten
tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
7)
Sunan Drajat
Sunan Drajat
dilahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim dan bergelar
Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sunan Drajat mendapat tugas pertama
kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Tetapi ia
kemudian terdampar di Dusun Jelog, daerah pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah ke selatan dan mendirikan
padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama desa Drajat, Paciran, Lamongan.
Sunan Drajat
dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan suka menolong, serta memelihara
anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam berdakwah, Sunan Drajat tidak
menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal melainkan secara langsung yaitu
tentang tauhid dan akidah.
8)
Sunan Kudus
Nama kecil
Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Sunan kudus berdakwah ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah
seperti Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Oleh karena itu, para wali menunnjuknya menjadi
penyebar Islam di Kudus. Hal itu terjadi karena ia merupakan salah seorang wali
yang mencoba mengakomodasi budaya lokal dalam berdakwah di kalangan masyarakat
Kudus yang mayoritasnya beragama Hindu.
9)
Sunan Muria
Sunan Muria
adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga. Dewi
Saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak. Nama
kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari Tempat tinggal
terakhirnya di lereng Gunung Muria, yaitu sebelah utara kota kudus.
Sunan Muria
berdakwah dari Jepara, tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan pati. Salah satu
hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom
dan Kinanti.
2.2
Mengidentifikasi
Peristiwa-Peristiwa Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan
Islam di Indonesia
Agama Islam
di Indonesia menjadi agama mayoritas yang hampir dipeluk seluruh masyarakat
Indonesia. Umat Islam di Indonesia juga menentukan maju mundurnya kehidupan
bangsa ini. Umat Islam juga dituntut untuk mengisi kemerdekaan
dengan bekerja keras agar tercapai kemajuan bangsa Indonesia.
Agar hal
tersebut terwujud, maka seluruh umat Islam di Indonesia harus bersatu dalam
usaha untuk memajukan Indonesia. Berikut ini merupakan berbagai usaha umat
Islam Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
1.
Usaha
Menyatukan Bangsa
a.
Pada tahun
1960 umat Islam berusaha mencegah gagasan Nasakom dan pada tahun 1965
mengusulkan pembubaran PKI untuk menyelamatkan Pancasila dan kesatuan bangsa
b.
Mempelopori
pembentukan “Front Pancasila” sebagai landasan lahirnya Orde Baru
c.
Untuk
memperkuat ideologi Pancasila, umat Islam memajukan pendidikan umum dan
pendidikan agama dalam mencerdaskan bangsa dan kesadaran bernegara, serta
memperkokoh persatuan dan kesatuan.
2.
Pembentukan
Lembaga untuk Kesatuan dan Kemajuan
Untuk
mencapai kesatuan dan kemajuan, umat Islam membentuk lembaga-lembaga, baik
berupa organisasi maupun lembaga-lembaga pendidikan. Diantaranya adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Organisasi Mahasiswa
Islam, Organisasi Pelajar Islam dan Organisasi Islam yang lain.
Pada abad ke
17-19 perlawanan umat Islam digerakkan dan dipelopori oleh tokoh-tokoh pahlawan
Islam, seperti Sultan Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtayasa dan Kiai Tapa
(Banten), Sultan Hasanuddin (Makassar), Teuku Cik Di Tiro (Aceh), Tuanku Imam
Bonjol (Minangkabau), dan para kiai diseluruh pondok pesantren, terutama di
kalangan santri-santri di pulau Jawa.
Patriot-patriot
bangsa ini dapat dilihat semangatnya dalam mencapai kemerdekaan yang telah
menggema ke seluruh Nusantara. Pahlawan-pahlawan itu merupakan embrio gerakan
nasional secara keseluruhan dalam menentang penjajah, sebab dengan rasa senasib
terjajahnya umat Islam, mereka merasa satu saudara se-Nusantara tanpa melihat
dari daerah mana mereka berjuang, tetapi mereka mempunyai semangat persatuan
Islam yang amat kuat untuk dapat mengusir penjajah Belanda.
3.
Peran dalam
Pembangunan
Sejak abad
ke-16 agama Islam di Indonesia telah mencatat perkembangan dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa, menanamkan jiwa-jiwa keagamaan, dan menumbuhkan
nilai-nilai persatuan. Bukti nyata dari kemajuan tersebut adalah adanya
kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat pengembangan Islam sebagai ajaran
kehidupan dalam jiwa bangsa Indonesia.
Pada saat
kemerdekaan tiba, umat Islam secara bersama-sama atas nama bangsa, menyusun
Undang-Undang Dasar 1945 beserta pembukaannya maupun Piagam Jakarta 22 Juni
1945 yang ditandatangani oleh sembilan orang pemimpin bangsa Indonesia. Pada
tahun 1969 bangsa Indonesia memulai pembangunan lima tahun pertama (1969-1973)
untuk mengisi kemerdekaan yang telah telah ditegakkan atas dasar Pancasila.
Peran umat Islam yang paling tampak justru di bidang pembangunan mental bangsa
Indonesia. Lemabaga-lembaga swadaya yang bergerak di bidang pembangunan ini
banyak didirikan oleh umat Islam terutama para kiai, seperti didirikannya
pondok-pondok pesantren dan sebagainya.
4.
Peran dalam
Ketahanan dan Kesatuan
Umat Islam
mempunyai peran dalam memperkokoh ketahanan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Peran itu terdapat dalam usaha-usaha sebagai berikut :
a.
Dalam
pemerintahan Soekarno tahun 1960, umat Islam mencegah terlaksananya gagasan
Nasakom.
b.
Setelah
meletusnya G 30 S/PKI, pada tanggal 5 Oktober 1965 umat Islam mengusulkan
kepada Presiden Soekarno agar PKI dibubarkan untuk menyelamatkan Pancasila
c.
Umat Islam
mempelopori terbentukya Front Pancasila, kemudian diteruskan dengan lahirnya
kesatuan-kesatuan aksi penghapusan G 30 S/PKI sebagai landasan lahirnya Orde
Baru atau Orde Pembangunan
d.
Untuk
memperkuat ketahanan nasional dan kesatuan bangsa, semua partai Islam Indonesia
berfusi ke dalam satu wadah dengan nama Partai Persatuan Pembangunan tahun 1973
e.
Umat Islam
secara intensif memberikan pendidikan agama kepada rakyat melalui
sekolah-sekolah negeri dan swasta, ceramah dan pengajian, pondok pesantren,
lembaga-lembaga penelitian masyarakat dan lembaga penelitian ekonomi.
5.
Persatuan
bagi Kepentingan Dunia Islam
a.
Kepentingan
Kebangkitan Dunia Islam
Dalam kepentingan kebangkitan dunia
Islam, suatu hal yang nyata telah terbukti, tetapi bukti-bukti kebangkitan yang
telah diproklamasikan oleh umat Islam seluruh dunia itu menjadi terhambat
ketika umat Islam mengalami krisis kesatuan. Krisis kesatuan terjadi saat
berlangsungnya perang saudara diantara dua negara Islam, yaitu Iran-Irak sejak
tahun 1979, kemudian disusul lagi perang saudara antar umat Islam di Libanon.
Kebangkitan untuk menghadapi tantangan dan kekuatan dari luar akan hilang dan
lumpuh dalam waktu yang cepat bila umat Islam selalu terpecah-pecah.
b.
Kepentingan
Ekonomi, Sosial dan Politik
Kepentingan
ekonomi dan sosial merupakan dambaan masyarakat Islam terutama di negara-negara
miskin, baik di Asia maupun di Afrika. Bila kemiskinan tidak dapat diatasi,
akan mengakibatkan kelemahan ekonomi bangsa. Bila ekonomi suatu bangsa lemah
dan rawan, maka bangsa itu akan mudah dikuasai oleh bangsa lain.
Dewasa ini
perkembangan umat Islam di Indonesia amat menggembirakan. perbedaan paham
antara pemerintah dengan agama sudah tidak ada. Umat Islam telah sejalan dan
telah kuat untuk bersama-sama seluruh lapisan masyarakat Indonesia menuju era
tinggal landas dalam pembangunan bangsa.
Dewasa ini
di indonesia banyak dilakukan pengembangan pendidikan Islam, seperti
universitas-universitas Islam, pesantren-pesantren modern, pengiriman
sarjana-sarjana, mahasiswa dan pelajar Islam Indonesia ke luar negeri,
semata-mata untuk kepentingan umat islam.
2.3 Mengambil Ibrah dari
Peristiwa Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia yang
masuk secara damai memberikan kesan mendalam keseluruh masyarakat Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memeluk Islam.
Dari perkembangan Islam di Indonesia ada beberapa hikmah yang perlu kita
lakukan Seperti berikut ini :
1. Berusaha untuk
tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terutama dengan sesama muslim
2. Tekun belajar dan
tidak pantang menyerah bila menemui hambatan
3. Rela berkorban
untuk kepentingan agama dan bangsa
4. Selalu melaksanakan
ajaran Islam sesuai dengan tuntunan yang telah diberikan Allah SWT dan
Rasulullah SAW
5. Selalu melakukan
perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.
2.4 Meneladani
Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
tidak lepas dari jasa tokoh-tokoh yang menyebarkannya hingga agama Islam dapat
diterima hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya, tokoh-tokoh yang
menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari
jazirah Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam di Indonesia
dilakukan oleh tokoh-tokoh dari negeri sendiri. Penyebar agama Islam di Indonesia
itu pada umumnya datang dari golongan bangsawan. Dari proses panjang penyebaran
Islam di Indonesia oleh para tokoh-tokoh tersebut ada beberapa hal yang bisa
kita teladani dari sikap dan perilaku tokoh-tokoh tersebut :
2. Kemauan
untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya
3. Kemauan
untuk menyebarkan Islam
4. Semangat
tidak pantang menyerah
Standar Kompetensi :
3. Memahami perkembangan Islam di Dunia.
Kompetensi Dasar :
3.1 Menjelaskan perkembangan Islam di Dunia
Agama
Islam terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia. Perkembangannya mencakup
seluruh benua yang ada di dunia. Contohnya perkembangan Islam di Eropa yang
mengalami kemajuan pesat. Organisasi-organisasi Islam didirikan sebagai tempat
berkumpulnya komunitas muslim. Selain itu banyak masjid dibangun sebagai tempat
ibadah bagi kaum muslim. Salah satu masjid yang ada di Eropa adalah Central Mosque di Londen, Inggris.
Perkembangan Islam di dunia yang meliputi penyebaran Agama Islam,
penyebaran Ilmu pengetahuan Islam, penyebaran ajaran Islam dan penyebaran seni
serta kebudayaan Islam tidak akan terlaksana tanpa peran serta para pemimpin
Islam. Dalam sejarahnya, agama Islam mulai disebarkan setelah Nabi Muhammad SAW
menerima perintah dari Allah SWT untuk menyebarkan agama tauhid ini.
Dalam proses perkembangannya penyebaran Islam tidak selalu melalui jalan
yang mulus. Ada kalanya para penyebar Islam harus berhadapan dengan para
penguasa daerah setempat yang tidak menginginkan timbulnya kebudayaan dan agama
baru di daerah kekuasaan mereka. Halangan-halangan dan berbagai rintangan yang
dihadapi para penyebar Islam tersebut pada ahirnya dapat memacu timbulnya
konflik yang tidak jarang berahir dengan timbulnya peperangan. Namun, dengan
izin Allah SWT banyak peperangan atas dasar Agama Islam dan penyebaran agama
Islam yang akhirnya dimenangkan oleh bala tentara Islam.
Dari berbagai peperangan yang dimenangkan pasukan Islam inilah maka secara
otomatis daerah-daerah tersebut dikuasai oleh pasukan Islam. Di daerah-daerah
yang dikuasai inilah, diangkat para pemimpin Islam. Setelah di angkat, para
pemimpin tersebut menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah yang dikuasainya.
Itulah awal mula penyebaran Islam diberbagai belahan dunia.
Selanjutnya Islam berkembang melalui para pendakwah dan ulama-ulama Islam.
Di samping itu, Islam juga berkembang melalui faktor perekonomian. Faktor
perekonomiaan ini terutama dilakukan oleh para pedagang Islam yang berdagang
hingga keluar dari wilayah tempat tinggalnya. Selain itu, ada pula umat Islam
yang pindah ke negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Di Negara
tujuan, para perantau yang beragama Islam tersebut mengembangkan ajaran Islam
dan kenbudayaan Islam pun menyebar di negara baru tersebut.
3.2 Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa Penting dan
Tokoh-Tokoh yang Berprestasi Dalam Perkembangan Islam di Dunia.
1. Perkembangan Islam di Pakistan.
Islam masuk
ke Pakistan pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, dari Dinasti
Umayyah, yang berkuasa di tahun 705-715. Pada masa itu Pakistan di perintah
oleh keluarga Brahmana. Di bawah pemerintahan keluarga Brahmana rakyat Pakistan
merasa menderita sehingga meminta bantuan kepada pemerintahan Islam di
Damaskus. Oleh karena itu, Khalifah Walid bin Abdul Malik mengirim pasukan
Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim yang akhirnya dapat menaklukan
pemerintahan di Pakistan. Muhammad bin Qasim lalu di angkat menjadi gubernur
Pakistan.
Setelah
Dinasti Umayyah mengalami kemunduran, Dinasti Abbasiyah pengganti Dinasti
Umayyah, jabatan gubernur yang diduduki Muhammad Qasim diganti oleh Al-Mansur.
Al-Mansur kemudian mengirimkan pasukan ekspedisi untuk mendirikan kota Mansurah
sebagai markas militer. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah Dinasti
Abbasiyah mengalami kemunduran, berbagai dinasti Islam silih berganti
memerintah Pakistan.
2. perkembangan Islam di India.
Setelah pakistan menjadi negara yang
merdeka Islam di India menjadi minoritas. Islam di negara India berkembang
sejak tahun 1206 melalui keturunan Sultan Akbar. Masuknya Islam ke India
dibuktikan dengan adanya kerajaan Islam yang mulai berdiri sejak Dinasti Bani
Umayyah berkuasa tahun 41 H (659 M). Berikut ini kerajaan-kerajaan Islam di
India yaitu Kerajaan Ghazi, Kerajaan
Mameluk, Kerajaan Kilji.
3. Perkembangan Islam di Thailand
Islam
masuk ke Thailand sekitar abad ke 10. Islam masuk ke Thailand melalui para
pedagang dari jazirah Arab. Para pedagang tersebut menyebarkan Islam di
kalangan rakyat, terutama penduduk Pattani (Thailand Selatan). Rakyat Pattani
memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi. Untuk tempat ibadah mereka tidak
membangun masjid, tetapi hanya membangun semacam biara karena takut kepada raja
yang bukan beragama Islam. Kurang lebih selama 300 tahun rakyat Pattani memeluk
agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
Pada tahun
1457, raja Pattani Phya Ta Nakpa dan seluruh pembesar Istana memeluk agama
Islam berkat perjuangan ulama dari Samudra Pasai, yaitu Syaik Said. Setelah
masuk Islam Raja Pattani mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Syah dan Tak
Pasai (sebutan Syaik Said) menjadi penasihat dan pengajar Islam dalam Istana.
Sejak itu agama Islam di jadikan agama resmi kerajaan Pattani dan di bangunlah
Masjid Pintu Gerbang. Raja juga membuka pondok pesantren sebagai pendidikan
agama Islam, sehingga Pattani melahirkan para alim ulama. Di samping mengajar
para alim ulama juga menulis kitab-kitab berbahsa Arab dan Arab Melayu (Jawi).
Selain
menjadi pusat pendidikan dan dakwah, Pattani juga merupakan pusat perdagangan
terbesar di Asia pada zamannya. Kerajaan Pattani berdiri selama tiga abad.
Hingga kini Masjid Pintu Gerbang yang berdiri megah menjadi simbol keberadaan
umat Islam di Pattani.
4. Perkembangan Islam di Amerika.
Pada
seperempat akhir abad ke-19 banyak orang Islam dari Timur Tengah dan daerah
lainnya, seperti Suriah, Rusia, Turki, Balkan, dan Prancis datang ke Amerika.
Tujuan mereka sama denga n imigran lain, yaitu lari dari keadaan yang tidak
mereka inginkan di negerinya dan dalam rangka untuk memeperoleh kehidupan yang
lebih baik di dunia yang baru. Mereka banyak berhasil memelihara identitasnya
sebagai muslim dan membentuk masyarakat yang tersebar di beberapa kota di Amerika
Serikat dan Kanada.
Tahap
berikutnya agama Islam masuk ke Amerika di bawah oleh para pedagang sutra yang
dating dari berbagai negeri yang tidak jelas asalnya. Di antaranya ada yang
bernama Wallace Fard Muhammad. Beliau menyebarkan Islam mulai dari tahun 1930
dikalangan masyarakat negro Amerika yang pada waktu itu masih kuat
kepercayaannya. Wallace Fard Muhammad atau Fard Muhammad berusaha membebaskan
masyarakat negro dengan berlandaskan Al-Qur’an.
Penerus
Muhammad Fard untuk menyebarkan Islam di Amerika adalah Elijah Pook. Elijah
pook kemudian mengganti namanya dengan Elijah Muhammad. Elijah Muhammad
merupakan orang yang cerdas, kuat pendiriannya, dan juga mengenal psikologi
massa.
Elijah
Muhammad bersama para pengikut-pengikutnya merasa yakin bahwa dengan agama
Islam manusia dapat menemukan kebahagiaan sesungguhnya. Manusia dapat menemukan
identitas ketuhanannya. Dakwah yang dilakukan Elijah Muhammad membuat simpati
banyak orang, seperti Malcolm-X. Malcolm-X merupakan seorang orator negro
amerika yang ulung. Setelah masuk Islam Malcolm-X mengubah namanya menjadi Ali
Haji Malik al-Shabaa.
Pada tanggal
25 Februari 1975, Elijah Muhammad meninggal dunia. Ia telah meninggalkan jasa
yang besar dikalangan orang-orang muslim negro. Benyak sekolah dan masjid yang
telah dibangun. Di bidang organisasi ia telah meninggalkan suatu jamaah yang
besar dan teratur. Di bidang ekonomi ia meninggalkan warisan senilai 80 juta
dolar yang ditanam di berbagai perusahaan. Pengganti Elijah Muhammad adalah
Waris Deen Muhammad.
5. Perkembangan Islam di Spanyol.
Di Negara
Spanyol umat Islam pernah mengalami masa jayanya. Yaitu ketika berada dibawah
kekuasaan Bani Umayyah. Banyak peninggalan dari peradaban Islam yang kini masih
menjadi saksi sejarah. Karena begitu lama hidup dan membentuk kultur Islam,
maka sampai sekarang masih membekas pada masyarakat Spanyol meskipun usaha
penguburan terhadap seluruh nilai-nilai yang mengandung keislaman terus
berlangsung setelah Spanyol jatuh pada naungan kristiani. Usaha pengembangan
terhadap Islam berlangsung sampai abad ke-20.
Pada tahun
1978, Undang-Undang Spanyol mengangkat semua agama pada tingkat yang sederajat
dan mendapat perlakuan yang sama serta kebebasan beragama dijamin oleh hukum.
Dengan adanya undang-undang tersebut kegiatan mulai hidup kembali.
6. Perkembangan Islam di Belanda.
Agama Islam
di negara Belanda berkembang berkat perjuangan Abdul Wahid Van Bommel. Di sana
berdiri organisasi Islam seperti Federatie
Organisaties Muslim Nederland yang diketuai oleh Abdul Wahid. Organisai
tersebut kemudian diubah menjadi Islamitische
Informatie Cendrum. Melalui organisasi tersebut beliau berjuang menuntut
hak guna dapat menunaikan shalat wajib lima waktu dan termasuk shalat jum’at.
Berdasarkan
data statistik Central Burea de
Statistick 1994 jumlah umat Islam Belanda mencapai 3,7% dari total penduduk
15.341.553 jiwa. Umat Islam di Belanda
umumnya imigran yang bersal dari Turki, Maroko, Suriname, Pakistan, Mesir,
Tunisia, dan Indonesia, selain warga negara asli Belanda.
Pada tahun
1990, di seluruh belanda jumlah masjid mencapai 300 buah, di antaranya Masjid
Mubarak yang didirikan di kalangan Ahmadiyah dan Masjid Maluku, An-Nur di Balk.
Masjid lain yang terkenal adalah Masjid Al-Hikma di Heesurjkpein, Deen Haag.
Masjid tersebut tanpa kubah dan berbentuk rumah panjang. Pada awalnya Masjid
al-Hikma adalah Gereja Immanuel yang ditinggalkan jamaatnya dan kemudian dibeli
seorang pengusaha Indonesia (Probusutedjo) untuk dijadikan masjid. Masjid itu
kemudian diserah terimakan Probosutedjo untuk umat Islam pada 1 Juli 1996.
7. Perkembangan Islam di Inggris.
Penyebaran
Islam di Inggris terjadi berkat jasa Mozambores. Mozambores merupakan dokter
Istana Raja Henry I. setelah masuk Islam Mozambores mengganti namanya menjadi
petrus al-ponsi. Pengembangan Islam oleh Mozambores biasanya dilakukan pada
hari-hari libur, seperti hari sabtu dan ahad.
Di Inggris
banyak berdiri berbagai organisasi keislaman seperti berikut ini:
a.
The Islamic Council of Europe (Majelis Islam Eropa),
sebagai pengawas kebudayaan eropa.
b.
The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi
Islam Inggris ).
c.
The Association for British Moslem (Perhimpunan Muslim
Inggris).
d.
Islamic Foundation dan Moslem’s Institute, keduanya
bergarak dalam bidang penelitian. Anggota-anggotanya terdiri atas orang-orang
Inggris dan imigran.
Salah
satu buktu berkembangnya Islam di Inggris adalah adanya masjid di pusat kota
London. Yaitu Masjid Agung (Central Mosque) Regents Park yang mampu menampung
jamaah hingga 4.000 orang. Perancang Masjid tersebut adalah Fredrik Gobberd and
Patners. Masjid itu juga dilengkapi dengan perpustakaan sebagai pusat kegiatang
sisoal dan administrasi.
8. Perkembangan Islam di Australia.
Pada abad
ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak
masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia di
antaranya sebagai berikut :
a.
Pada tahun 1907 di Brisbane didirikan masjid yang
indah dan besar oleh arsitek Sharif Abosi dan Ismeth Abidin.
b.
Pada tahun 1967 di Queensland didirikan masjid lengkap
dengan Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecea.
c.
Pada tahun 1970 di Mareebe diresmikan sebuah masjid
yang mampu memuat 300 jamaah dengan imamnya H. Abdul lathif.
d.
Di kota Sarrey Hill di bangun Masjid Raya Faisal
dengan bantuan pemerintahan Arab Saudi.
Pendidikan Islam di Australia
diselenggarakan dengan tujuan agar dapat melestarikan pertumbuhan kehidupan
agama Islam. Oleh karena itu, di Brisbane didirikan Queesland Islamic Society
yang bertujuan menyadarkan anak-anak muslim untuk melakukan shalat dan hubungan
baik sesama manusia. Mereka selama 5-15 tahun menerima pelajaran Al-Qur’an dan
tata kehidupan secara islam. Pelajaran terdiri atas anak-anak dari Indonesia, India,
Pakistan, Turki, Afrika, Libanon, dan Australia.
9. Perkembangan Islam di Sudan.
Islam masuk
ke Sudan pada masa perluasan yang dilakukan oleh Abdullah bin Said bin Abi
Sarah. Ia mencoba memasuki kota Noubah dua kali pada pemerintahan Ustman bin
Affan, yaitu pada tahun 20 H (640 M) dan tahun 31 H (651 M). Kerajaan Islam di
Sudan yang terkenal antara lain Kerajaan al-Funji tahun 1505-1820, kesultanan
Darafura tahun 1638-1875, dan Kerajaan Tog tahun 1570 sampai ahir abad ke-19.
Penyebaran
Islam di Sudan dilakukan dengan cara mengajarkan ilmu tasawuf dan ajaran
filsafat. Ahli tarekat dan tasawuf yang mashur dan berpengaruh di kalangan
muslim di Sudan pada saat itu antara lain sebagai berikut :
a.
Abdul Qadir jaelani tahun 1179-1186.
b.
Abu Hasan asy-Syazili tahun 1196-1258.
Perkembangan selanjutnya, pemerintah sudan
mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah kejuruan serta pondok-pondok
pesantren. Sekolah Islam yang termasyhur di sudan adalah Ma’hadul I’lmy yang
berdiri sejak tahun 1901 dan masa belajar di sana adalah 12 tahun.
3.3 Mengambil Ibrah Dari Peristiwa Perkembangan Islam di Dunia.
1. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Dunia.
Perkembangan
Islam di berbagai dunia ini tidak terlepas dari peran dan cita-cita tokoh-tokoh
Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam
merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam
dari berbagai lapanngan kehidupan lemah dan sangat dikuasai oleh kekuatan
bangsa barat. Dari situasi yang paling pahit itulah muncul ide-ide modernisasi
yang secara luas mereka sampaikan kepada seluruh umat Islam, yaitu sebagai
berikut :
a.
Membangkitkan semangat Islam di masa lampau dalam
memurnikan ajaran Islam dari pengaruh takhayul, khurafat, dan bid’ah.
b.
Memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers,
dan memperkuat paham nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk partai al-hizb
al-watani dan menanamkan paham patriotisme bagi umat Islam.
c.
Memperkuat ukhuwah islamiah dan menekankan pembaruan
Islam pada bidang politik, pemerintahan, dan agama dengan ide pokok
Pan-Islamisme bagi umat Islam.
d.
Memurnikan ajaran agama Islam sesuai dengan bentuk
aslinya, memperbarui metode pengajaran dan menanamkan solidaritas seluruh umat
Islam.
2. Hikmah Perkembangan Islam Di Dunia.
Beberapa
hal yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di dunia ini antara lain
sebagai berikut :
a.
Dengan saling bertoleransi terhadap paham atau
berbagai aliran di kalangan umat Islam maka akan mendatangkan kemajuan dan
kehidupan yang damai.
b.
Islam merupakan agama yang cinta damai.
c.
Bila pemimpin atau khalifah Islam mencintai ilmu
pengetahuan maka rakyatnya pun akan mencintai ilmu pengetahuan.
d.
Memberikan motivasi untuk melestarikan hasil karya
seni dan peradaban untuk dijadikan inspirasi bangunan-bangunan di masa depan.
e.
Penggunaan zuhud dan pengertian tawakal yang tidak
tepat akan membawa kemunduran dalam kehidupan.
f.
Perselisihan dan ketidak percayaan terhadap sesama
menyebabkan kemunduran, bahkan kehancuran.
g.
Umat Islam harus bersatu dan tolong menolong dalam
memajukan dan memakmurkan negeri.
h.
Sikap fanatik dan tidak memanfaatkan akal sedikit pun
akan membawa dampak terhadap perkembangan ijtihad.
3.4 Meneladani Tokoh-tokoh yang Berprestasi Dalam Perkembangan Islam di
Dunia.
Nilai-nilai
pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat
Islam. Dari pembaruan tersebut tumbuhlah kesadaran bagi umat islam untuk
mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia
islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik yang sekaligus tumbuh
gerakan menentang penjajahan.
Gerakan
modernisasi islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung
beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru islam dalam
menghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Dari para tokoh
pembaru islam tersebut ada beberapa keteladanan yang bias kita ambil.
1.
Nilai persatuan (ittihad).
2.
Nilai solidaritas (ukhuwah islamiah).
3.
Nilai pembaruan (tajdid).
4.
Nilai perjuangan (jihad fii sabilillah).
5.
Nilai kemerdekaan (burriyyah).
Itulah nilai-nilai yang terkandung
dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh
pembaru Islam.[8][9]
BAB III
PEMBAHASAN
Dari landasan teori mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah
kelas XII semester I dan II yang telah kami bahas di atas, kami dapat
menganalisis dan menghasilkan analisis bahwa materi Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Aliyah kelas XII semester I dan II sudah sesuai dengan SK dan KD. Akan
tetapi peran guru dalam menjelaskan materi sangat di butuhkan terlebih pada KD
mengambil Ibrah dan meneladani tokoh-tokoh Islam.
Keterkaitan materi antara semester I dan II sudah saling terkait mulai dari
menceritakan, mendiskripsikan, mengidentifikasi, meneladani tokoh-tokoh, sampai
dengan mengambil ibrah pada masa perkembangan Islam pada zaman modern, di
Indonesia dan di Dunia. Jadi hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester I dan II.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kelas XII semester I
1.
Beberapa tokoh yang mempelopori gerakan pembaharua Islam, antara lain
Muhammad bin Abdul Wahhab, Syah Waliyullah, Sultan Mahmud II, Muhammad Ali
Pasha, At-tahtawi, jamaluddin Al-afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid
Ridha, Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal.
2.
Nilai positif yang dapat
diambil dari gerakan pembaharuan Islam, yaitu nilai persatuan, solidaritas,
pembaruan, jihad dan kemerdekaan.
3.
Adanya pembaruan Islam di
Timur Tengah memberikan pengaruh pergerakan Islam di Indonesia dengan
berkembangnya organisasi keagamaan dan partai politik.
4.
Ibrah yang dapat diambil dari
perkembangan Islam periode modern meliputi bidang akidah, politik, pendidikan
dan ekonomi.
Kelas XII semester II
1.
Perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan para pedagang dari
Arab dan Gujarat yang menyebarkan Islam di Indonesia melalui jalan perdagangan,
dakwah, dan perkawinan.
2.
Tugas dakwah merupakan suatu
kewajiban yang di emban oleh setiap muslim agar ajaran Islam tetap lestari dan
dapat di amalkan dengan benar.
3.
Umat Islam di Indonesia pada masa penjajahan mempunyai andil yang sangat
besar degan berjuang melawan penjajah yang telah menindas dan membelenggu
bangsa Indonesia.
4.
Pada masa pembangunan, peranan
umat Islam turut andil mengisi kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai ajaran
Islam yang mendukung pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
5.
Para ulama penyebar agama
Islam di Indonesia di kenal oleh masyarakat sebagai syeikh atau wali.
6.
Salah satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia
adalah memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana
yang di ajarkan Al-qur’an dan hadits.
7.
Pada dasarnya Islam berkembang
dengan cara damai. Peperangan yang terjadi dalam proses penyebaran Islam
disebabkan adanya perlawanan dari pemimpin daerah yang hendak di islamkan.
8.
Nilai yang terkandung dalam
gerakan modernisasi pada agama Islam adalah sebagai berikut :
a.
Nilai persatan (ittihad)
b.
Nilai solidaritas (ukhuwah
islamiyah)
c.
Nilai pembaruan (tajdid)
d.
Nilai perjuangan (jihad fii
sabilillah)
e.
Nilai kemerdekaan (hurriyyah)
B.
SARAN
Demikian makalah tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam Madraah Aliyah
Kelas XII semester I dan II ini kami buat, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam referensi maupun
penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jl. Pesanggaran, Kebondalem, Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur.
kode pos 68487
http://ma-termas.blogspot.com