BAB I
LANDASAN TEORI
Kelas XII, Semester I
Standar Kompetensi :
1.
Memahami
perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang)
Kompetensi Dasar :
1.1
Menjelaskan
perkembangan Islam pada masa modern
Perkembangan
Islam pada periode modern berawal pada sekitar tahun 1800. Perkembangan Islam
periode modern dilatar belakangi jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat, yaitu
Prancis. Jatuhnya Mesir ke bangsa Barat menyadarkan kembali umat Islam bahwa di
Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan lebih maju serta dapat
mengancam peradaban Islam.
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan Islam berkembang kembali pada periode modern, seperti
berikut :
1.
Umat Islam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2.
Umat Islam
menyadari bahwa menyebarluaskan ajaran Islam termasuk jihad fii sabilillah.
3.
Keterbukaan
umat Islam dalam menerima unsur-unsur budaya dan peradaban di luar agama Islam.
4.
Pertumbuhan
ekonomi yang meliputi bidang industri, jasa, pertanian, perdagangan, dan
sebagainya.
Dari berbagai faktor itulah Islam
mulai berkembang. Islam tidak hanya berkembang kembali di Jazirah Arab. Tetapi,
Islam berkembang hampir ke seluruh pelosok dunia.
1.2
Mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan
Islam pada masa modern
Pada abad
ke-18 dan awal abad ke-19, dunia Islam berada dalam situasi yang sangat kritis.
Hampir seluruh Negara atau wilayah Islam jatuh ke tangan bangsa Barat.
Penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa Barat yang beragama Nasrani atas
wilayah Islam, menyadarkan umat Islam dari keterlenaan. Umat Islam mulai
menyadari kelemahan dan ketertinggalannya.
Adapun
bangsa yang pertama kali merasakan adanya ketertinggalan itu adalah Turki
Utsmani. Untuk itu, mulailah para penguasa Kerajaan Turki Utsmani mengirim duta
untuk melihat dan mempelajari perkembangan serta kemajuan di Negara Barat. Pada
tahun 1720, Celebi Mehmed dikirim ke Paris sebagai duta yang ditugasi untuk
mengunjungi berbagai pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan lembaga-lembaga di
Prancis. Singkatnya dapat dikatakan, kemajuan yang di capai dunia Barat
terletak pada bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, umat Islam harus
mampu mengejar ketinggalan tersebut dengan cara bekerja sama melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan pada bidang sains dan teknologi. Harus disadari
bahwa kelemahan umat Islam selain terletak dalam bidang akidah yang sudah
tercemari oleh berbagai takhayul, khurafat, dan bid’ah, kelemahan dan
ketertinggalannya juga terletak dalam bidang sains dan teknologi.
Untuk
menggapai cita-cita besar tersebut, umat Islam harus berpikir secara objektif
dan realistis bahwa bangsa Barat telah maju. Oleh karena itu, perlu diadakan
gerakan modernisasi (pembaruan) dalam dunia Islam yang harus dilakukan secara
komprehensif (menyeluruh). Sejak awal Islam telah mempunyai tradisi pembaruan.
Islam segera memberi jawaban terhadap apa yang dipandang menyimpang. Tajdid
mendapat pembenaran dan pengesahan dari Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya
berikut.
Artinya : “dan
orang-orang yang berpegang teguh dengan Al kitab (Taurat) serta mendirikan
shalat, (akan diberi pahala) karena Sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang Mengadakan perbaikan.” (QS. Al-A’raf : 170)
Sebelum masa pembaruan, umat Islam
diberbagai Negara telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Hadits. Penyimpangan itu terdapat dalam hal berikut:
1.
Ajaran Islam
tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai dengan
banyaknya umat Islam yang menyembah selain Allah SWT, seperti memuja makam yang
dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan
orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang
mengultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala
perintahnya harus ditaati.
2.
Adanya
kelompok umat Islam yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan
akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan bahwa memiliki harta benda
yang banyak, kedudukan yang tinggi, dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah
tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara. Sedangkan
hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang
menganut faham fatalism, yaitu faham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu
berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Tokoh yang mempelopori gerakan
tajdid atau pembaruan Islam, antara lain sebagai berikut:
1.
Muhammad bin
Abdul Wahab (1703-1793)
Muhammad bin
Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi pada tahun 1703. Ia dilahirkan
dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya. Ia mempunyai
gerakan yang kemudian dikenal dengan gerakan wahabi. Timbulnya gerakan ini
tidak lepas dari kondisi umat Islam pada saat itu, yakni sebagai berikut:
a.
Secara
politik, umat Islam di seluruh kawasan kekuasaan Islam berada dalam keadaan
yang lemah. Ketika itu yang berkuasa adalah kerajaan Turki Utsmani yang
merupakan penguasa tunggal, namun kerajaan itu sedang mengalami kemunduran
dalam segala bidang.
b.
Adanya
penurunan semangat dalam pemahaman Al-Qur’an karena umat Islam bersikap fatalis
dan cenderung mistisisme.
c.
Tauhid yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW. telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan syirik.
d.
Kota-kota
suci, seperti Makkah dan Madinah, telah menjadi tempat yang penuh dengan
penyimpangan akidah.
Gerakan wahabi ini berhasil berkat
bantuan kepala suku yang bernama Muhammad Ibnu Saud yang kemudian mendirikan
kerajaan di bawah pimpinan keturunannya. Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai
beberapa pemikiran, antara lain sebagai berikut:
a.
Al-Qur’an
dan Hadits merupakan sumber asli ajaran Islam, sedangkan pendapat para ulama
bukan merupakan sumber ajaran Islam.
b.
Taklid
kepada ulama tidak dibenarkan.
c.
Pintu
ijtihad tetap terbuka dan boleh dilakukan dengan jalan kembali pada Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah.
2.
Syah
Waliyullah (1703-1762)
Syah
Waliyullah lahir di New Delhinpada 21 Februari 1703. Tokoh ini mempunyai
silsilah sampai kepada Umar bin Khattab, sehingga dibelakang namanya sering
ditambah Al-Umari atau Al-Faruqi.
Syah
Waliyullah hanya menulis buku, antara lain Hujjatul Baligan, Fuyun
Al-Haramain, Al-Fauzul Kabir Fa Uslit Tafsir. Disamping itu, ia
menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa Persia.
Sebagai
seorang mujadid, ia mempunyai pemikiran tentang penyebab kemunduran umat Islam
di India secara khusus dan di seluruh dunia secara umum. Pemikirannya antara
lain sebagai berikut :
a.
Terjadinya
perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem
kerajaan.
b.
Sistem demokrasi
yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolute.
c.
Perpecahan
dikalangan umat Islam yang di sebabkan oleh berbagai pertentangan aliran dalam
Islam.
d.
Adat-istiadat
dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
3.
Sultan
Mahmud II (1785-1835)
Sultan
Mahmud II lahir pada tahun 1785. Dia di angkat menjadi khalifah pada tahun
1807. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam.
Pembaruan yang dilakukannya antara lain sebagai berikut :
a.
Menerapkan
sistem demokrasi dalam sistem pemerintahannya
b.
Menghapus
pengkultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c.
Mengadakan
pembaruan dalam bidang pendidikan dengan memasukkan kurikulum umum kedalam
lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d.
Mendirikan
sekolah maktebi ma’arif yang menyiapkan tenaga-tenaga administrasi dan maktebi
ulum’i edebiyet yang menyiapkan tanaga-tenaga ahli penerjemah.
e.
Mendirikan
sekolah kedokteran, militer dan teknik.
4.
Muhammad Ali
Pasha (1765-1849)
Muhammad Ali
Pasha lahir pada tahun 1765. Banyak usaha yang dilakukan untuk memperbarui
kondisi umat Islam yang telah jauh tertinggal dari negeri Barat. Usaha-usaha
yang ia lakukan adalah dalam bidang militer, pendidikan dan ekonomi.
a.
Bidang
ekonomi
1)
Mengambil
alih kepemilikan tanah oleh Negara dan hasilnya digunakan untuk kepentingan
rakyat.
2)
Membangun
sistem irigasi sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik.
b.
Bidang
militer
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon
Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha. Kemajuan teknologi peperangan membuat
Prancis dengan mudah menguasai Mesir. Setelah Prancis dapat di usir Inggris
tahun 1802, ia mengundang seorang perwira tinggi Prancis untuk melatih tentara
Mesir. Kemudian, ia mendirikan sekolah militer tahun 1815.
c.
Bidang
pendidikan
1)
Pada tahun
1815 mendirikan sekolah militer
2)
Pada tahun
1816 mendirikan sekolah teknik
3)
Pada tahun
1827 mendirikan sekolah kedokteran
4)
Pada tahun 1829
mendirikan sekolah apoteker
5)
Pada tahun
1834 mendirikan sekolah pertambangan
6)
Pada tahun
1836 mendirikan sekolah penerjemahan
7)
Mengirim
pelajar ke Prancis untuk belajar sains dan teknologi
5.
At Tahtawi
(1801-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifa’ah
Badawi at-Tahtawi. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta dan meninggal tahun 1873
di Mesir. Sebelum pergi ke Prancis, ia banyak mempelajari peradaban Barat dan
kemajuan yang di capainya di Institut d’Egypte. Setelah
menamatkan pendidikan di AL-Azhar tahun 1822, ia mengajar di almamaternya
selama lebih kurang dua tahun . Dorongan dari gurunya, AL-Attar, dan kesempatan yang di berikan
Muhammad Ali Pasha kepadanya, menjadikan ia belajar di Prancis dan menjadi imam
para pelajar Mesir di Prancis.
Ia banyak membaca buku karya
tokoh-tokoh besar umat Islam dan bangsa Barat. Dengan ketekunannya belajar
bahasa Prancis secara otodidak, akhirnya ia mampu menyaingi kehebatan para
pelajar- pelajar Mesir lainnya yang belajar bahasa itu secara formal di
kelas-kelas. Selama di Prancis, ia berhasil menerjemahkan 12 buku ke dalam
bahasa Arab .Setelah kembali ke Mesir, ia diberi kepercayaan untuk mendirikan
sekolah penerjemahan tahun 1836. Di samping itu, ia juga aktif menulis di Koran
AL-Waqai AL-Misiriyah.
Adapun beberapa pemikiran tentang
pembaruan yang dilontarkannya adalah sebagai berikut :
a.
Ajaran Islam
bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat
Islam juga harus memerhatikan kehidupan
di dunia.
b.
Kekuasaan
raja yang absolute harus dibatasi oleh syariat dan raja harus bermusyawarah
dengan ulama dan kaum intelektual.
c.
Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan
modern.
d.
Kaum ulama
harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan agar syariat dapat
menyesuaikan, misalnya dengan kebutuhan masyarakat modern.
f.
Pendidikan
harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama
dengan kaum pria, istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan
sosial bagi suami .
g.
Umat Islam
harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
6.
Jamaluddin
al Afghani (1839-1897)
Nama
lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir di Asadabad tahun 1839
dan wafat di Istambul tahun 1897. Ia mendapat gelar sayyid karena ia
keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, ia sudah belajar membaca
AL-Qur’an, bahasa Arab, dan Persia, serta ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir,
hadits tasawuf, dan filsafat.
Pada
usia 20 tahun, ia sudah menjadi pembantu Pangeran Muhammad Khan di Afghanistan.
Pada tahun 1864, ia menjadi panasehat Ali Khan dan menjadi perdana menteri pada
masa pemerintahan Muhammad ‘Azam Khan. ia banyak memperoleh pengalaman dalam
pengembaraannya ke beberapa Negara. Mula-mula ke India tahun 1869, lalu ke
Mesir memberi kuliah di hadapan kaum intelektual di Al-Azhar pada tahun 1871.
Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaglul.
Ketika
terjadi persoalan politik di Mesir, ia pergi Paris (Prancis). Di kota ini dia
mendirikan sebuah organisasi bernama AL-Urwatul Wusqa yang beranggotakan
muslim militan di Mesir, Suriyah, dan
Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan mempercepat persaudaraan islam, membela, dan mendorong
umat islam untuk mencapai kemajuan.
Berikut
ini beberapa pemikiran Al-Afghani tentang pembaruan umat Islam :
a. Kemunduran umat Islam bukan karena
Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran
itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor itu adalah sebagai berikut :
1)
Umat Islam
telah dipengarui oleh sifat statis, berpegang pada taklid, dan bersikap
fatalis.
2)
Umat Islam
telah meninggalkan akhlak yang tinggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan.
3)
Di bidang
politik , kesatuan umat Islam menjadi terpecah belah.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada
masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali
kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal serta
kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut
harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah
dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d. Tidak ada pemisahan antara agama dan
politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam harus dihidupkan
kembali.
7.
Muhammad
Abduh (1849-1905)
Muhammad
Abduh lahir di Mesir tahun 1849. Ia adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru
dunia Islam di Mesir. Silsilah keturunannya bersambung dengan Umar bin Khattab.
Ketika
belajar di Al-Azhar, ia bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani. Ia sangat
terkesan dengan pemikiran-pemikiran Al-Afghan. Setelah tamat, ia mengajar di
Al-Azhar dan aktif menulis surat kabar Al-Abram. Ia juga menjabat
sebagai rektor Al-Azhar.
Adapun
ide-ide pembaruannya yang membawa dampak positif bagi pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut :
a.
Pembukaan
pintu ijtihad karena ijtihad merupakan dasar yang penting dalam menafsirkan
kembali ajaran Islam.
b.
Penghargaan
terhadap akal. Abduh mengatakan bahwa Islam adalah agama rasional, yang sejalan
dengan akal ilmu pengetahuan akan maju.
c.
Kekuasaan
negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang
bersangkutan.
d.
Memodernisasi
sistem pendidikan di Al- Azhar.
8.
Muhammad
Rasyid Ridha (1865- 1935)
Rasyid
Ridha lahir di Al-Qalamun pada tanggal 23 September 1865. Ada yang mengatakan
silsilahnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. melalui garis keturunan Husain
bin Ali bin Abi Thalib sehingga ia mendapat gelar sayyid. Ia dilahirkan
dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat serta taat agama.
Disamping
belajar di Madrasah Al-Qhataniyah, Rasyid Ridha tekun mengikuti berita
perkembangan dunia islam melalui surat kabar Al-Urwatul Wusqa, yang dipimpin
oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui surat kabar tersebut, ia
mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya itu. Ide-ide yang
dikumandangkan oleh ke dua tokoh tersebut sangat berkesan dalam diri Rasyid
Ridha sehingga menimbulkan keinginan yang kuat di hatinya untuk bergabung dan
berguru kepada keduanya.
Keinginan
Rasyid Ridha untuk bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani tidak tercapai karena
lebih dahulu meninggal sebelum Rasyid Ridha menjumpainya. Sebaliknya, Muhammad Abduh
dapat dijumpainya setelah ia dibuang di Beirut (Libanon). Pertemuan dialog
antara Ridha dan Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk
melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohan.
Rasyid
Ridha banyak menyerap pikiran dan pandangan Muhammad Abduh dalam usaha
memajukan umat Islam. Setelah Muhammad Abduh diizinkan kembali ke Mesir, Rasyid
Ridha mengusulkan kepada gurunya agar ia menerbitkan sebuah majalah. Maka
terbitlah majalah yang diberi nama Al- Manar, nama yang diusulkan oleh
Rasyid Ridha .
Adapun
pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam sebagai berikut :
a.
Sikap aktif
dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat Islam
harus meninggalkan sikap pemikiran kaum jabariyah
c.
Akal dapat
digunakan untuk menafsirkan ayat ataupun Hadits dengan tidak meninggalkan
prinsip umum.
d.
Umat Islam
harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.
Kemunduran
umat Islam disebabkan adanya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam
ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan
di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah SWT.
g.
Perlu
menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah
adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik
.
i.
Khalifah
haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan
prinsip hukum dalam Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
9.
Sayyid Ahmad
Khan (1817-1898)
Sayyid
Ahmad Khan dilahirkan di New Delhi tanggal 17 Oktober 1817. Gerakan pembaruan
yang dilakukannya merupakan kelanjutan gerakan dari Syah Waliyullah.
Berkat jasanya menyelamatkan orang-orang Inggris dalam pemberontakan tahun
1857, ia mendapat gelar Sir. Ia meyakinkan pemerintah Inggris bahwa
dalam pemberontakan itu unat Islam tidak terlibat.
Untuk
merealisasikan tujuan gerakan pembaruannya, ia mengadakan kerja sama dengan
inggris meskipun kerja sama itu banyak mendapat tantangan keras dari ulama lain
di Dioband. Ia beranggapan bahwa salah satu penyebab kemunduran umat Islam dari
bangsa Barat adalah lemahnya dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Oleh
karena itu, umat Islam mampu merebut ilmu dan teknologi dari bangsa Barat
melalui pendidikan. Ide pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam
adalah sebagai berikut :
a.
Kemunduran
umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai
sains dan teknologi.
b.
Ia
berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan
sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia
berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c.
Sumber
ajaran Islam hanyalah Al-Qur’an dan Hadits.
d.
Ia menentang
taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e.
Ia
berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah
pendidikan.
10. Muhammad
Iqbal (1876-1938)
Muhammad
Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 2 Februari 1873 M. Ia adalah
seorang penyair, filusuf, dan mujadid. Muhammad Iqbal mendapat pendidikan
pertama di Murray College, Sialkot. Di sini, ia bertemu dengan ulama
besar Sayyid Mir Hasan, guru dan sahabat karib ayahnya. Ia melanjutkan studinya
di Government College Lahore dan memperoleh gelar Master of Art (MA).
Atas saran Sir Thomas Arnold, ia melanjutkan studinya di Trinity College, Universitas
Cambridge, Inggris. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munchen, Jerman untuk
lebih memperdalam filsafatnya. Di sinilah ia mendapat gelar Doctor of
Pbilosopy (Ph.D).
Pada
tahun 1908, ia kembali ke Lahore dengan membuka praktik sebagai pengacara dan
sebagai dosen filsafat. Ia pun pernah menjadi Presiden Liga Muslim pada tahun
1938. Adapun ide Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut
:
a.
Ijtihad
mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b.
Umat Islam
perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam
untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c.
Kemunduran
umat Islam disebabkan oleh kebekuan atau kejumudan dalam berpikir.
d.
Hukum Islam
tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
e.
Umat Islam
harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f.
Perhatian
umat Islam terhadap zuhud menyebabkan mereka kurang memerhatikan masalah-
masalah keduniaan dan sosial dan kemasyarakatan.
1.3
Mengambil
ibrah dari peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
Pembaruan
dalam Islam atau gerakan Islam modern merupakan jawaban yang ditujukan terhadap
krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
yang merupakan pemangku khilafah Islam setelah abad ke-17 telah melahirkan
kebangkitan Islam. Salah satu gerakan pembaruan yang terkenal adalah Wahabi,
sebuah gerakan reformis puritan. Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan
jembatan ke arah pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Pendorong
gerakan pembaruan Islam yang terkenal adalah Jamaluddin al- Afghani (1897). Ia
mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa
dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang ilmiah dan modernis.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah
itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di
Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau
yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di
Indonesia. Kebangkitan Islam di Indonesia makin berkembang dengan terbentuknya
organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarikat Dagang Islam (SDI) di
Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka (1911), Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di.Bandung(1923), Nahdlatul Ulama
(NU) di Surabaya(1926), dan Persatuan seperti Sarikat Islam (SI) yang merupakan
kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932),
yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib,
dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.
Sementara itu, hampir pada waktu
yang bersamaan, pemerintah penjajah menjalankan Politik Etis atau politik balas
budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi bumi putera, terutama dari
kalangan priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan Belanda tersebut membuka mata
kaum terpelajar akan kondisi masyarakat Indonesia. Pengetahuan mereka akan
kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan masyarakat Indonesia pada saatnya
mendorong lahirnya organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman
Siswa, Jong Java Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Organisasi-organisasi sosial
keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar di
atas menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Secara umum, ibrah yang dapat
diambil dari gerakan pembaruan Islam antara lain sebagai berikut :
1.
Bidang
Akidah
Dalam bidang
akidah, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pemahaman ajaran Islam
karena banyak paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, antara lain
berkembangnya paham fatalisme, dan masuknya budaya syirik (takhayul, bid’ah,
dan khurafat) ke dalam ajaran Islam.
2.
Bidang
Politik
Dalam bidang
politik, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dengan tujuan membebaskan
diri dari penjajah.
3.
Bidang
Pendidikan
Dalam bidang
pendidikan, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pendidikan dengan
cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukannya dengan
pendidikan modern.
4.
Bidang
Ekonomi
Dalam bidang
ekonomi gerakan ini berusaha melakukan perubahan ekonomi karena penjajahan
menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Selain itu, pada masa pembaruan
telah bermunculan para sastrawan yang karya-karyanya bernuansa islami di
berbagai negara, antara lain sebagai berikut :
a.
Muhammad
Iqbal
Menggunakan
bahasa Urdu dan Persi. Karya puisinya yang paling terkenal adalah Asrari
Khudi. Buku filsafatnya yang paling terkenal berjudul The Reconstruction
of Religious Thought in Islam. Muhammad Iqbal juga menulis beberapa prosa
dalam bahasa Inggris dan Arab.
b.
Mustafa
Lutfi al- Manfaluti (1876-1926)
Muhammad
Lutfi merupakan seorang sastrawan dan ulama dari Mesir. Ia merupakan pengarang
cerita pendek yang cerita-ceritanya bergaya semi klasik dan modern.
c.
Dr. Muhammad
Husain Haekal (1888- 1956)
Dr. Muhammad
Husain Haekal menulis Hayatu Muhammad( Sejarah Hidup Nabi Muhammad saw) Ia
seorang sastrawan yang dianggap sebagai perintis karya sastra modern setelah
novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau banyak menulis
kritik sastra dan cerita pendek.
d.
Jamil Siqdi
az- Zahawi (1863-1936)
Jamil Siqdi
merupakan sastrawan yang berasal dari Irak. Ia dikenal sebagai peritis sejak
modern dan seorang penyair tua yang bernada keras. selain sebagai sastrawan ia
pun dikenal sebagai hak-hak wanita bersama-sama dengan Ma’ruf ar-Rasafi
(1877-1945).
e.
Binti
Syati’(Aisyah Abdurrahman )
Binti Syati’
terkenal sebagai sastrawati, wartawati, dan editor harian Al- Abram Mesir.
Selain itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an
dari segi sastra.
1.4
Meneladani
tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa modern
Perkembangan Islam pada periode
modern tak lepas dari jasa-jasa tokoh-tokoh yang mempelopori perkembangan
tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Islam, dituntut untuk
meneladani tokoh-tokoh pembaruan tersebut sehingga agama Islam selalu maju dan
berkembang hingga akhir zaman.
Keteladanan dari tokoh-tokoh
pembaruan yang perlu kita tiru adalah semangat mereka untuk kembali ke jalan
Islam yang benar sebagai mana yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah
SAW. Selain itu, semangat mereka untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru
dunia dan kemauan untuk menuntut ilmu agar tidak tertinggal dari bangsa Barat
juga perlu kita tiru. Pada dasarnya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi
setiap umat Islam. Dengan menuntut ilmu kita akan terhindar dari kebodohan dan
mengetahui mana hal yang benar atau mana yang salah. Dari ilmu yang dituntut
itu pula, para tokoh-tokoh pembaharu Islam tersebut menyadarkan negara-negara
Islam yang dijajah bangsa Barat, termasuk Indonesia, untuk memerdekakan
negerinya. Dengan menjadi bangsa yang merdeka, kemakmuran untuk segenap rakyat
akan tercipta serta dapat menunjang perkembangan agama Islam.[1][1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jl. Pesanggaran, Kebondalem, Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur.
kode pos 68487
http://ma-termas.blogspot.com